WELCOME to the Dance Floor of bluePen - Let me be your ARmS to hug You with My ARtS

Pages

Wednesday, July 24, 2013

(Bukan) Sekedar Menunggang Sapi
(Oleh :Atho’ R.M Sasmito)



KENAPA Kok Sapi? Bukan Harimau atau Macan Putih atau juga yang FU yang keren bikin cewek-cewek pada nglirik?

Nggak perlu sebut merek secara langsung, nanti malah promosi (padahal iya :D )

Sebelum memutuskan untuk memilih Sapi yang akan selalu menemani melibas jalanan. Sebelum mengenal Sapi, dulu waktu pertama kali memakai motor  Cowok adalah Yamaha L 2 Super ( Untuk menghormati, kali ini sebut merek nggak apa-apa ya :D ) warna biru peninggalan Alm. Ayahanda tercinta. Motor itu beliau beli pada tahun 1983. Pada saat itu, hanya beliaulah yang mempunyai motor. Sempat aku berfikir, tahun segitu di mana bisa membeli bensin kalau yang punya motor saja jarang?

Eh waktu tanya kakak, katanya jaman dahulu Pom Bensin hanya ada di Kalianyar, Kapas. Jadi biasanya beliau setiap ngisi bensin pasti juga bawa jirigen untuk persediaan di rumah. (Biar enak nggak nyebut merek, sebut aja itu Belanglang Tempur atau Si Belang aja ya).  Nah Si Belang banyak menyimpan sejarah perjuangan Ayahanda dalam pengabdiannya untuk dunia pendidikan. Jaman dahulu jalanan masih asli terbuat dari tanah. Setiap hujan pasti Ayahanda berangkat ataupun pulang dari sekolah ngerakal sejauh hampir  (kalau perkiraanku sih) 6 KM dari jalan raya. Dari jalan raya itu kemudian melaju ke Sekolah Dasar Sandingrowo, Tuban (sampai sekarang aku belum pernah tahu di mana sekolah itu tempatnya).

Menurut cerita kakak sih, saat-saat menjelang akhir “pengabdiannya”, pada waktu itu sore hari hujan deras mengguyur dengan hebatnya, ayahanda pulang dari mengabdi, ngerakal bersama Si Belang di atas jalanan yang becek, hanya ada sawah-sawah yang luas terbentang di kanan dan kiri jalan. (Bisa di bayangkan jika jalanan asli dari tanah yang setiap hari dilalui, apalagi di musim hujan, berapa dalamnya lumpur di jalan itu?) saat itu kondisi ayahanda yang sudah tidak muda lagi dan kurang fit, beliau tetap memaksakan diri. Setelah kejadian itu, beliau jatuh sakit. Dan tepat di usia 16 bulan aku terlahir di dunia, beliau meninggalkan sejarah beserta perjuangannya.

Sepeninggalan beliau, aku tak tahu banyak cerita tentang Si Belang, entah ngangkrak atau tetap dipakai. Kalau nggak salah waktu kecil aku merasa pernah diboncengkan oleh ibu naik Si Belang (entah mimpi atau nyata, sampai sekarang masih ingat jaman kecil itu). Seiring berkembangnya jaman, Si Belang bergantian dipakai oleh kakak-kakakku untuk bepergian atau mencari jerami ataupun rumput untuk makan sapi.

Pertama kali aku naik Si Belang pada waktu aku duduk di bangku kelas 2 SMP (2004-an). Pada jaman itu aku adalah siswa paling kecil di kelas (bisa dibayangkan, TB -+ 125 CM naik Si Belang). Dan tahun itu pun jalanan desa masih banyak yang asli terbuat dari tanah(Tahun 2010 jalanan BARU mulai SEDIKIT makmur). Nah setelah dibelajari kakakku naik Si Belang, aku dilepas sendirian. Aku bisa menguasai Si Belang walaupun kedua kakiku nggak bisa nyentuh tanah. Pas sore waktu mau pulang, aku melihat rombongan truk-truk di depanku, nggak mungkin aku bisa mendahuluinya. Akhirnya aku putuskan memutar, memilih jalan lain untuk pulang  ke rumah bersama Si Belang.

Jalan yang aku tempuh untuk pulang adalah jalan yang dulu selalu Alm. Ayahanda lewati dengan ngerakal bersama Si Belang, jalanan asli dari tanah, di kanan dan kiri jalan hanya ada sawah dan juga kuburan. Aku mulai bimbang, karena jalan itu masih asli dari tanah, dan di sana jalannya bergelombang, bekas ada truk yang ambles waktu lewat. Aku tetap nekat ingin cepat pulang karena sudah sore.

Ku geber Si Belang di atas jalan itu. Aku tak tahu apa yang terjadi, semua berjalan begitu cepat, tau-tau aku sudah jatuh di sawah yang berlumpur dan sepedaku mancep di sawah di samping bawah jalan. (Sukurinnnn :D)

Aku teriak-teriak minta tolong, tapi tak ada seorang pun yang datang. Aku balik berjalan kaki dengan pakaian kotor ke desa yang telah aku lalui, dan minta tolong untuk mengangkat Si Belang. Orang- orang satu desa ramai berbondong-bondong ke sawah untuk mengangkat Si Belang dari sawah (hadewh malu jadinya aku :”) )

LHOH kok malah curhat jadinya???

Sedikit lagi ya... J

Pada jaman SMK selama 3 tahun aku lebih banyak mengayuh Sahabatku si blueBike, seperti yang ada dalam Cerpen Semi Fiksi yang berjudul Bukan Seventeen Biasa (Jangan lupa baca cerita gokilnya ya J  http://bluepen-arms.blogspot.com/2013/06/bukan-seventeen-biasa.html ), hanya beberapa kali saja aku membangkitkan Si Belang untuk aku bawa ke sekolah. Bahkan waktu konvoi kelulusan 2008, Si Belang nggak bisa diajak kompromi, gara-gara mogok sesekali harus bongkar karburator dan businya (ApeSSS). So bajuku tetap bersih sama sekali nggak ada coretan atau tandatangannya :’(


#Tukang Ojeg Kampus :D

Pada jaman kuliah, meskipun aku gonta-ganti motor terus, sampai dikira anak dealer gara-gara sering ganti motor baru, kalau nggak salah sampai 7 kali ganti, berarti rata-rata per semesternya ganti motor terus ( somb00000ng). Tapi beberapa kali aku juga pernah mengajak Si Belang ke Kampus Biru. Kalau tidak salah pas Semester 3, dengan sepatu futsal warna biru, celana Jean warna biru, kemeja dan kaos dalam warna biru, bluePen di saku warna biru, tas ransel warna biru, Helm juga warna biru, oh ya waktu itu juga rambut semir biru (Namanya juga blueBoy baru GeDe, So totalitas All Of Everything About is Blue. Baca deh gambarannya di Cerpen Full Fiksi Biru Presentasiku :D http://bluepen-arms.blogspot.com/2013/07/biru-presentasiku-2nd-version_23.html )

Namun sementara ini Si Belang aku musiumkan dulu, suatu saat nanti juga ingin aku bangkitkan lagi dengan tampilan dan rasa yang sedikit berbeda (semoga). Si Belang aku musiumkan karena Cucunya sudah lahir, yaitu Si Sapi. Sesekali coba amati antara Si Belang dan Si Sapi, mulai dari depan, body dan lampu belakang hampir mirip modelnya.



#Hampir Mirip kan?? :D


Nah, dari sekian itu, kali ini baru masuk ke Sapi. (Alahemmmm)

Kembali lagi, sebelum memilih Si Sapi, pasti ada opsi dan alasannya.

1.     
Apapun bentuknya, pasti lebih memilih Garpu Tala dari pada Sayap. Bukan menjatuhkan, yang aku rasa, amati, dan teliti. Hampir semua produk Sayap, terlepas dari modelnya, barangnya berat(Antep), biasanya totok atau besinya kalau kendor pasti berisik sampai glodakan banget dan terdengar jelas di jalan yang nggak rata. Dari tarikannya cenderung molor, dari rem terutama cakram depan bunyi tik-tik khas tapi nggak bisa pakem dan Safety untuk pengeraman mendadak. Dari striping dan pilihan warna kurang sreg. Dan coba perhatihan, kebanyakan warnanya kalau sudah lama terlihat banget bulak, terutama yang berwarna merah. Otomatis Sayap nggak masuk dalam Opsi meskipun itu Si Harimau.

2. Kenapa nggak Si S? Juga kurang sreg dari perawatannya kalau rewel susah mintanya, yang menonjol dari starternya.

3. Awalnya memang Opsinya Si S T yang hampir sama bentuknya kayak Si Belang. Namun pertimbangan dari point no.3, motor sport yang kapasitas mesinnya 125 dengan Tapak Cakram di Sebelah kiri memang kayaknya keren dan harganya di bawah Fu, menjadi opsi pilihan ke-3 setelah Si Sapi atau FU tak kesampaian. 


4. Kenapa nggak milih FU? FU memang keren dan paling banyak dilirik cewek-cewek. Paling Mupeng FU yang bercorak Wajah Cewek kombinasi warna biru putih atau yang putih biru, lebih keren dari pada keluaran terbaru atau yang sebelum-sebelumnya. Tapi kalau pake FU, FUngsinya hanya untuk mejeng duang, nggak bisa diajak nyari duit, malah habisin duit. Nggak banget dah, apalagi konsumsi BBMnya juga mancur. Dari referensi-refrensi yang ada, konsumsi FU premium adalah 1:30, artinya 1 Liter untuk 30 KM. Hobby keluyuran, jelajah-jelajah dan juga orang lapangan dengan medan-medan yang tak terduga, kalau pakai FU Cuma terpakai berapa kali saja, pasti sudah rusak FU, uang dan orangnya jika FUngsinya hanya untuk mejeng dan dilirik cewek-cewek. 

5. Kenapa nggak milih Si Macan Putih? Dengan sistem injeksi dan tampilan untuk cowok, banyak yang suka dan buat mejeng juga keren. Tapi Si Macan nggak ada yang berwarna biru, selain itu juga harganya di atas Si Sapi. So Si Macan Putih mimpi pun nggak pengen. 

6. Nah kenapa milih Si Sapi Biru? Nggak tau alasannya kenapa ingin sekali nunggang Si Sapi. Dari tampilan yang super Gede tampak gagah dan kuat. Ketika dulu ada Sapi di parkir selalu pengen naik dan ingin coba menunggangi di jalanan, namun nggak pernah kesampaian. Kurang lebih 1 tahun lalu, obsesi untuk Sapi sangat kuat. Mulai mengumpulkan foto-foto dan informasi tentang Si Sapi, memasang Si Sapi di background Netty, bahkan juga asik mengkrop foto dan di pasangkan di atas Si Sapi Warna Biru. Benar-benar Edan.. :D



#Salah satu obsesi nunggang Sapi Merah Februari 2011 Punyae Mas Blek :D


Nah. Setelah hampir 8 Bulan menunggang Si Sapi dan sekarang jarak tempuh di Odometer menunjukkan angka 12.000 KM, ada beberapa beragam perasaan bersama Si Sapi yang telah lewati bersama.

Akhir tahun 2012, saat masih menjadi Reporter Produksi di JTV Bojonegoro, Si Sapi Biru corak Ke-3 dari pendahulunya akhirnya sampai di rumah juga, setelah ditunggu lama karena Biru masih Eksklusif di Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan juga Gresik.

Tepat Seminggu setelah kehadiran Si Sapi di rumah, yaitu tepatnya Hari Jumat, tanggal 21 Desember 2012, Tanggal di mana diramalkan akan terjadi Kiamat. Pagi itu tak seperti biasanya, kalau setiap pagi atau bahkan sebelum subuh, ibu biasanya sudah mencangkul atau menyiram pohon-pohon pisang di pekarangan rumah, namun pagi itu pukul 5.30 waktu aku selesai mandi aku merasa ada yang aneh, tak ku dengar suara ibu beraktivitas, bahkan segelas susu hangat tanpa gula yang biasanya setiap aku bangun tidur ada di meja, pagi itu tak aku temui. Dengan perasaan tak karuan, dari kamar mandi, aku berlari menuju kamar ibu. Namun tempat tidur itu kosong, basah dan Berantakan. Ku layangkan pandanganku ke sudut kamar, dan terkejut melihat ibuku terbujur 180 derajat dari posisi tidur di atas kasur. Badannya kaku dengan tatapan mata kosong. Aku berusaha membangunkannya, namun ia tetap diam, hingga akhirnya aku bopong ke luar dan aku dudukkan di kursi, kemudian aku beri minum. Ia tetap saja diam, aku berusaha menyadarkannya, namun ia tak mau bicara. Hingga akhirnya aku putus asa, ku panggil kakakku untuk menangani, dan ia datang disusul beberapa warga juga mulai berdatangan. Ia memintaku untuk berangkat kerja saja, karena aku baru 1 bulan menjadi Reporter Program di JTV Bojonegoro, ia nggak mau kalau aku jadi kacau. Siangnya ibu akan dibawa ke rumah sakit.

Dengan pikiran kacau tak karuan, Si Sapi Biru yang masih memakai plat putih aku geber di jalan pada hari Jumat itu.

Hari Sabtu saat ibu masih di RS, saat semua crew sedang sibuk mempersiapkan Event di di Kalitidu hingga tak ada seorang pun di kantor yang bisa membantuku untuk liputan Program Sudut Kota untuk hari Selasa. Hari itu dengan tas penuh barangku dari RS dan juga peralatan untuk liputan, aku tambahi juga Tripod kamera yang aku tali dengan tubuhku di belakang punggung dan aku tindih dengan tas punggung hingga terasa aman, kemudian Jas Hujan aku taruh di atas Tangki Si Sapi untuk sekedar tatakan agar kamera besar yang aku kalungkan di depan dadaku tidak langsung membentur tangki.

Dengan modal nekat tanpa bantuan crew yang lain, aku berangkat liputan dengan bawaan yang Merkenek di seluruh tubuhku hingga aku kesulitan untuk bergerak. Sepanjang perjalanan bersama Si Sapi dan peralatan Shooting, aku melaju dengan hati-hati. Resiko dengan apa yang aku lakukan itu, jika aku jatuh, bukan hanya nasib Si Sapi yang baru satu Minggu di rumah, tapi juga alat-alat kantor yang aku bawa harganya SATU SETENGAH KALI HARGA SI SAPI!!!

Dengan peralatan itu, pikiran masih kacau, aku berusaha memberikan yang terbaik, aku berangkat menuju tetangga desaku, di sana ada sebuah kerajinan ukir pinus dan kayu jati. 2 jam aku ambil gambar dan liputan, kemudian pulang untuk istirahat sejenak dan beres-beres rumah, kemudian balik ke kantor dengan selamat, dan kembali ke RS menjaga ibu sambil menyelesaikan tanggung jawabku menyelesaikan Narasi dari hasil liputanku, agar bisa segera diVoiceOver dan diedit hasil gambar-gambarnya yang akan ditayangkan hari Selasa pagi dan sore.

Hari-hari berlalu tak bisa ku nikmati kehadiran Si Sapi. Hampir setiap hari hujan terus mengguyur, dan Si Sapi tak pernah bisa kering dan bersih melibas jalanan, bahkan aku hampir jatuh gara-gara melewati jalan paving yang ada bekas tanah warna kuning, karena walaupun aku pelan-pelan, jalan itu memang licin, apalagi Ban Si Sapi Tubeless tanpa ada kemampuan menggigit karena cocoknya untuk di jalan aspal. Perlahan-lahan, semua bisa aku lalui masa-masa itu bersama Si Sapi.  

Bulan Februari aku Resain dari JTV Bojonegoro, dan berencana ingin membuka Bimbingan Belajar setelah banyak sharing dengan sahabat saat masih duduk di bangku kuliah. Namun, ketika blokBojonegoro masih ada kesempatan untuk bergabung, akhirnya aku juga menjadi bagian dari blokBojonogoro dan tugas utama menhghandel Pemilihan Duta Wisata Kange Yune Bojonegoro 2013 dan juga menjalankan program bB GtS pelatihan jurnalistik ke seluruh sekolah se Kabupaten Bojonegoro.

Dari program inilah baru bisa merasakan nikmatnya menggilas Jalanan bersama Si Sapi. Dari mulai perbatasan Bojonegoro dengan Ngawi, yaitu Kecamatan Margomulyo, perbatasan dengan Cepu, Kecamatan Padangan, Kasiman, Malo, Ngasem, terus hingga ke Cluster timur, mulai dari Balen, Sugihwaras, Kedungaadem, Kepohbaru, hingga ke Sekolah di tempat Paling Tersembunyi di Kecamatan Baureno.

Dari setiap tempat yang dilalui, masing-masing melintasi medan yang berbeda-beda. Jalanan berbatu, aspal, berdebu, keluar masuk hutan, lewat pematang sawah, melibas banjir dan perjalan-perjalanan seru seru serta menantang lainnya.

Tak mengherankan, hanya dalam Waktu hampir 6 Bulan, jarak tempuh dalam Odometer menunjukkan angka 10.000 Km sedangkan angka di Trip kembali menjadi 0 untuk 10.000 perjalanan berikutnya. Jika dirata-rata dalam 1 bulan menempuh jarak 2.000 Km, sedangkan untuk pemakaian normal sepeda motor pada umumnya, 1.000 Km/Bulan.

Jika dihitung-hitung, jarak tempuh Si Sapi 2000/Bulan, Jika dalam satu Minggu ada 5 hari untuk pelaksanaan program, dan per harinya ada 2 sekolah, Artinya : 2.000 (Km) / 4(Minggu) = 500 KM/ Minggu. Jika dalam satu Minggu melaksanakan 5 hari, maka : 500 KM / 5 Hari = 100 Km/Hari
Kesimpulan : Jika dalam satu bulan Si Sapi menempuh jarak 2.000 Km, maka dalam setiap harinya dalam kurun waktu satu minggu 5 hari, maka Si Sapi menempuh jarak 100 Km/ Hari (dengan catatan, angka-angka di belakang koma diabaikan)
Horeeeee...... Pinter... \ J /


#Jarak tempuh dalam waktu hampir 6 Bulan

Namun, dengan penggunaan rata-rata 100KM/Hari, efeknya baru terasa akhir-akhir ini. di antaranya, kampas rem cakram depan sudah ganti, Accu Kering MF (Maintenance Free) sudah harus ganti, kalau jarak normal penggantian Oli untuk motor sport adalah 3.000 KM, paling tidak setiap 2 bulan sudah harus ganti.

Dari hasil Test Ride pertama kali menunggang Si Sapi, mencoba untuk mengetes konsumsi bahan bakar premium dengan mengisi di Pom Bensin (Harga Masih Rp 4.500/Liter), jika mengisi Rp 5.000 = 1,22 Liter, jumlah tersebut habis pada jarak -+ 42 Km, untuk memudahkan perhitungan dan cadangan bahan bakar bensin di tangki, maka Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Si Sapi Adalah 1:40 Artinya 1 liter Bensin Untuk 40 Km Jarak tempuh.

Menurut beberapa referensi, Konsumsi BBM Si Sapi adalah 1:42, Si Macan Putih dengan Injeksinya 1:44, Si FU 1:30, Sedangkan Matic Cewek keluaran Garpu Tala yang ke-2 adalah 1:25 sampai 1:28
Jika dibandingkan dengan memakai Matic, Si FU, ataupun juga Macan Putih, Si Sapi yang masih menggunakan sistem Karburator, dengan performa dan ketangguhannya jauh lebih menguntungkan.


#Adventure

(+)
Ban Si Sapi Biru yang menggunakan Tubeless (tanpa ban dalam), ban depan sejak pertama kali pakai tak pernah menambah angin, ban belakang 1 kali terkena paku, masih bisa ditunggangi dan sampai di tambal ban dan tetap aman, dan nambal pun tak perlu waktu lama, tak kurang dari 1 menit, langsung bisa diajak membajak jalanan.

(+)
Belum ada satu tahun sudah ganti kampas rem, accu, dan ganti oli juga lebih cepat? Okey, lihat dulu performanya rasakan ketangguhannya. Coba bayangkan jika yang dipakai itu ada Si FU, Matic, Bebek, ataupun Si Macan Putih sekalipun. Dengan jarak yang mungkin belum ada yang sekian itu, sudah parah, belum lagi tak bisa menikmati perjalanan. Dan pasti lebih eman-eman FU kok diajak seperti itu?



#Demi Tanggung Jawab, Si Sapi Tetap Tangguh



Nah Lho!!!

Masih berpikir Si Sapi hanya untuk gaya-gayaan, biar keren dan dilirik banyak cewek???

PIKIR LAGI :D





(bluePen 2.00 a.m, 42703102)



4 comments: