WELCOME to the Dance Floor of bluePen - Let me be your ARmS to hug You with My ARtS

Pages

Monday, October 19, 2015

Melihat dan Belajar dari Semangat Gotong Royong di Desa Asal Batu Semar



Melihat dan Belajar dari Semangat Gotong Royong di Desa Asal Batu Semar

Jika bertanya dari mana asal Batu Semar yang sekarang berada di Alun-alun Kota Bojonegoro, jawaban pastinya adalah dari Desa Sambongrejo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro. Namun, jauh dari batu itu dibongkar, ada sebuah dusun dari desa itu, yakni Dusun Kenongorejo yang semangat menjujung kebersamaan untuk menjadikan lingkungan dan kehidupan lebih baik lagi.

Oleh: Atho' R.M Sasmito

Jalan menuju Dusun Kenongorejo, ada di pertengahan antara sepanjang jalan dari Balai Desa Sambongrejo hingga bekas bongkahan Batu Semar yang ada di tepi jalan Dusun Sukun, desa setempat.

Lokasi pengambilan Batu Semar di Dusun Sukun, Desa Sambongrejo.


Lebih mudahnya, ada pertigaan di tikungan sebelah Kantor Kepala Resort Pemangku Hutan di Dusun Sukun ada jalan masuk ke hutan. Terus menelusuri jalan itu sekitar 7km akan sampai di Dusun Kenongorejo. Badan jalan menuju dusun itu sudah terpaving. Ada juga badan jalan berupa cor, khususnya pada tanjakan dan turunan. Namun cor yang ada di antara rindangnya hutan jati itu kebanyakan sudah mengelupas, sehingga harus hati-hati ketika melintas agar tidak selip karena pecahan cor dan kricak membuat jalan menjadi sedikit licin.
Pertigaan di tikungan, jalan paving menuju Dusun Kenongorejo, Desa Sambongrejo.

Setelah melewati hutan jati, ada hamparan lahan luas yang kebanyakan ditanami jagung. Sementara itu, di berbagai arah mata angin tampak pegunungan-pegunungan yang mengitari Dusun Kenongorejo. Jika dilihat dari atas, dusun itu tampak berada di antara ceruk pegunungan.


Jalan menuju Dusun Kenongorejo yang terbuat dari cor mengelupas.


Pagi itu adalah hari Sabtu sekitar pukul 06.00 WIB. Tampak para warga, yakni bapak-bapak dan para pemuda berbondong-bondong menuju sendang atau sumber mata air, yang ada di pinggir jalan masuk ke Dusun Kenongorejo.

Dengan mengendarai sepeda motor yang rata-rata memakai knalpot brong dan ban bergerigi untuk daerah pegunungan, mereka ada yang membawa parang, sabit, pacul dan linggis. Selain itu, ada yang berboncengan membawa ceret berisi kopi dan keranjang berisikan nasi.

Setelah semua warga berkumpul, sekitar pukul 06.30 WIB tanpa ada komando, puluhan warga langsung turun tangan. Mereka dengan inisiatif masing-masing ada yang turun ke kali atau saluran air dari sendang dang mengambil batu-batu besar yang menghambat aliran air.


Warga membersihkan saluran air yang mengalir dari sendang.

Batu-batu itu diserahkan ke warga yang lain, kemudian diletakkan di jalan. Warga yang lain ada yang memecah batu dan meratakan di tengah jalan. Ada pula warga yang mencangkul dan membersihkan semak, serta rumput di pinggir jalan.

Sekitar pukul 07.00 WIB, Kepala Desa Sambongrejo beserta perangkat desa tiba di Dusun Kenongorejo. Mereka langsung berbaur dengan warga untuk menata jalan agar menjadi lebih mudah dan nyaman ketika dilewati.



Warga gotong royong membersihkan dan menata batu-batu di badan jalan.


Setelah kali atau saluran air dan jalan selesai dibenahi, warga istirahat sejenak untuk sarapan bersama-sama. Keranjang yang berisikan nasi mulai dibuka dan mengepulkan asap, pertanda masih hangat. Warga bergantian mulai mengambil kertas minyak atau daun pisang untuk tempat nasi. Meskipun dengan menu sederhana, yakni nasi, mie, sambal, lalapan dan lauk tempe serta telor dadar, mereka begitu menikmati sarapan tersebut. Ditambah lagi dengan minum kopi dan menghisap rokok, suasana sarapan pagi itu tampak menjadi lebih nikmat.
Warga bersiap menikmati sarapan bersama.

Meskipun dengan menu sederhana, warga sangat menikmati sarapan bersama di sela kerja bakti.

Usai sarapan, warga menuju sendang yang tak jauh dari jalan itu. Mereka mulai membersihkan tanaman-tanaman liar yang ada di sekitar sendang.

Sumber air atau sendang itu bisa warga menyebutnya dengan Sendang Lanang. Air dari sendang itu, biasa dipakai warga untuk pengairan sawah, bahkan juga untuk keperluan sehari-hari seperti masak, mandi, mencuci dan untuk minum. Di sendang itu, warga juga membenahi saluran pipa hasil swadaya masyarakat sendiri yang dipakai untuk mengalirkan air sampai di rumah-rumah warga.

Kerja bakti dilanjutkan di Sendang Lanang, Dusun Kenongorejo.

Semangat kebersamaan untuk menjadikan lingkungan lebih baik lagi dan nyaman, terus berlanjut hingga waktu menjelang siang. Kepala Desa Sambongrejo, Eko Prasetiyono mengatakan, warga di desa yang dipimpinnya, khususnya Dusun Kenongorejo, selalu semangat untuk menjaga kebersamaan, dalam hal ini adalah gotong royong.

"Kemarin kami minta Pak RW untuk mendatangi masing-masing rumah dan mengabarkan kegiatan kerja bakti. Rencananya pukul 07.00 WIB dimulai, tapi ketika kami tiba, ternyata mereka sudah lebih dulu turun tangan dan gotong royong," ujar Eko.

Ditambahkan, semangat dari warganya untuk gotong royong terus bertahan. Setiap rumah yang dikunjungi untuk memberikan pengumuman adanya kerja bakti, setiap warga yang tidak bisa ikut pasti akan meminta ijin. Dan sebaliknya, jika mereka mengatakan bisa ikut, pasti akan hadir sebelum waktu yang dijadwalkan.

Semangat gotong groyong warga, tidak hanya sebatas dalam kegiatan kerja bakti saja. Lebih dari itu, mereka terus berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup di dusunnya. Salah satunya adalah pembangunan tempat ibadah, yakni masjid dan musala.

Masjid yang berada di tengah dusun, awalnya adalah musala yang kemudian dijadikan masjid dengan swadaya.

Ketua RT 9, Sugiyo mengatakan, awal berdirinya tempat ibadah di Dusun Kenongorejo berasal dari swadaya masyarakat sendiri.

"Dulu sebelum ada masjid, kalau Salat Ied dan Salat Jumat harus keluar dari dusun ini. Seiring berjalannya waktu, ada musala yang sementara dipakai untuk salat Jumat. Kemudian musala itu direhab menjadi masjid pada tahun 2008. Selain itu, musala yang ada di samping sekolahan juga murni swadaya dari masyarakat sendiri," papar Sugiyo.

Suasana ibadah malam hari di musala yang dibangun dengan swadaya warga Kenongorejo.

Selain masjid dan musala, ada lagi yang membutuhkan pengorbanan lebih besar lagi dari warga Kenonongorejo, yakni keberadaan listrik yang sekarang sudah mengalir di setiap rumah. Sebagai pendatang dari desa tetangga, Sugiyo masuk di Dusun Kenongorejo pada tahun 1993 ikut merasakan betapa besarnya perjuangan masyarakat untuk mendapatkan penerangan di malam hari.

"Kalau malam di sini gelap. Dulu untuk penerangan malam hari, warga swadaya membeli bahan bakar untuk diesel sebagai sumber listrik," imbuhnya.

Waktu terus berjalan dengan malam dengan penerangan dari tenaga diesel yang tidak sampai tengah malam, warga akhirnya sepakat untuk menyalur listrik dari Dusun Kadung, Desa Sambongrejo.

Lagi-lagi dengan biaya sendiri, mereka membeli kabel dan menyalurkan listrik dengan mencari jarak terdekat di dalam hutan untuk sampai di dusun tetangga. Meskipun hal itu termasuk dilarang dan bisa membahayakan warga sendiri, namun demi bisa ikut merasakan manfaat dari listrik, warga berani mengambil resiko.

Dengan adanya listrik yang masuk dusun, juga meningkatkan kehidupan warga.
Hampir setiap rumah di Dusun Kenongorejo memakai antena parabola.
Sebab, letak geografis dusun tersebut ada di ceruk antara pegunungan-pengunungan.
Sehingga antena biasa susah untuk mendapatkan saluran atau sinyal.
Listrik yang disalurkan itu, kemudian dibagi bisa untuk 10 rumah. Masalah di belakang yang muncul adalah pembagian biaya listrik setiap bulan. Daya yang dipakai masing-masing rumah berbeda, mereka harus saling sadar dan pengertian untuk membayarnya. Biaya yang dikeluarkan setiap rumah pun juga tergolong mahal dari tarif normal. Rata-rata hanya dipakai untuk lampu dan televisi saja warga harus membayar sekitar Rp.60.000 setiap bulannya.

"Selama 7 tahun kami menyalur dengan biaya mahal dan pengaturan yang ruwet. Tapi Alhamdulillah sejak 2 tahun lalu dusun kami sudah teraliri listrik secara legal, dengan sistem prabayar atau pulsa," tandasnya.

Pagi hari, kabut tampak bagaikan ombak yang menerjang batu karang.
Tampak kabut menyelimuti pegunungan-pegunungan yang mengelilingi Dusun Kenongorejo.
Lanskap rumah-rumah penduduk yang ada di Dusun Kenongorejo pada pagi hari.
Semangat dari warga Kenongorejo Desa Sambongrejo yang terus berjuang bersama-sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik lagi, bisa dijadikan inspirasi untuk desa-desa yang lain. Meskipun hidup di tengah keterbatasan dan jauh dari fasilitas dan akses susah dijangkau, namun dengan semangat gotong royong dan kebersamaan akan mampu menjadikan kehidupan yang lebih baik lagi. [arms]