WELCOME to the Dance Floor of bluePen - Let me be your ARmS to hug You with My ARtS

Pages

Thursday, March 29, 2012

Motivasi Untuk Selalu Belajar


I Will Never Give Up
( By : R.M Smith )




Suasana dingin dan langit mendung menyelimuti hampir seluruh wilayah Bojonegoro,begitulah yang aku dengar dari salah satu stasiun radio di Bojonegoro yang ku nyalakan didalam kamarku
Aku mulai tampak gelisah,bolak-balik aku menengok keluar rumah dari jendela kamarku,memandang langit yang kelabu,ku berharap hujan akan segera reda.

Hari ini adalah hari Selasa,dan sore ini adalah pertemuan ke-6 bagiku untuk mengikuti kegiatan menulis di Sekolah Menulis  SEC(SMS),setelah kemarin aku bolos karena ketika aku hendak berangkat selepas Magrib,tiba-tiba hujan turun sangat deras,sehingga aku tidak jadi berangkat.
Hari ini hujan belum juga reda sejak waktu Ashar,hingga waktu menjelang Magrib belum ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti.

“Ya Allah,semoga setelah Shalat Magrib nanti hujan akan reda,agar aku bisa mengikuti kegiatan belajar menulis di SMS,”gumanku gelisah sambil terus menatap langit yang kelabu.Sementara itu suara Adzan Magrib juga sudah mulai dikumandangkan di Mushola Al-Azhar didesaku.
Selepas Shalat Magrib dirumah,aku keluar rumah,ku tengadahkan tangan kananku sambil menatap langit yang mulai tampak gelap.Meskipun hujan yang turun tidak sederas waktu sore tadi,tapi rintik-rintik hujan cukup untuk membuat telapak tangan kananku basah,aku pun masuk kembali kedalam rumah masih dalam keadaan bimbang.

“Apakah hanya karena hujan,aku tidak berhak mendapatkan ilmu.Apakah itu bisa menghalangiku?”pikirku.

“Ah,Apapun yang akan terjadi,aku harus berangkat,aku gak mau tertinggal dari teman-temanku,”gumanku 
tersenyum optimis sambil mengepalkan tangan dengan semangat.

Aku bergegas menuju kamar,ku masukan buku,pulpen biru,juga flash disk kedalam tas punggung  warna biru kesayanganku.Lalu aku mengecek sepeda federal tua warna hitam yang selalu setia menemaniku selama 3 tahun menuntut ilmu waktu aku masih duduk di bangku sekolah SMK Negeri di Kota Bojonegoro.Walaupun sekarang aku sudah semester 5 dan selalu gonta-ganti motor untuk datang  ke kampus,kali ini aku sengaja akan selalu berusaha memakai sahabat lamaku kembali untuk mengikuti belajar  menulis di SMS.

Setelah semuanya ku anggap beres,aku pamit pada ibu.Sebelum berangkat aku minum segelas susu hangat tanpa gula yang selalu ibu buatkan untukku.

Dengan celana pensil yang sengaja aku pakai agar tidak robek kecantol gear saat ku kayuh sepedaku,di saku kiri yang lebar,ku isi korek senter,juga bungkus rokok yang didalamnya ada sebatang rokok mild,sisa 4 hari yang lalu dari program pengurangan nikotin yang ingin ku jalankan.Di saku kanan ku masukan hp qwerty-ku juga headset yang sudah ku hubungkan di hp.Rambutku yang model Mohawk ku tutup dengan tudung yang ada di jumper warna hitam yang ku kenakan.Perlahan ku mulai mengayuh sepeda melintasi jalan desa yang terbuat dari paving.

Beberapa orang yang pulang dari Shalat Magrib di mushola,tampak berjalan kaki sambil menjinjing sarungnya dan memakai payung karena rintik-rintikhujan masih turun.

“Mau kemana Mas,gelap juga hujan-hujan kayak begini malah keluar?”sapa salah seorang dari mereka ketika aku melewatinya.

Arep dolan (mau main) Mas,”jawabku singkat seraya tersenyum.

“Kok  pakai onthel,ga pakai motor?”Tanya yang lainnya.

“Pengen sepedahan saja Mas,”jawabku sambil mengayuh sepeda perlahan-lahan.

“Ya sudah,hati-hati di jalan ya!”Kata mereka lagi.

“Ya Mas,terimakasih,”jawabku tetap mengayuh sepeda menembus dingin dan gelapnya malam dibawah rintik-rintik hujan,juga beberapa cahaya kilat tampak membelah langit.

Dari rumahku yang berada di Balen menuju Kota Bojonegoro terkesan sangat jauh,apalagi dengan memakai sepeda pancal.Sebenarnya tidak terlalu jauh bagiku perjalanan dari desaku yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo berbatasan dengan Desa Bogo,Kecamatan Kapas.Aku lewat jalan tembusan desa itu,sampai Desa Semanding,kearah barat menuju Desa Sambiroto,kemudian masuk ke Kota Ledre.Jarak yang ku tempuh dengan memakai speedometer dari sepeda motor antara rumah sampai ke Sanggar Baca(tempat SMS diadakan) yang berada di Jalan Dr.Suharso,Kelurahan Mojo Kampung,Kota Bojonegoro hanya berjarak sekitar 9 Km,atau 35 menit dengan naik sepeda pancal.Tetapi kalau lewat jalan dari Kecamatan Balen,jarak dan waktunya bisa sampai lebih dari 2 kali lipat untuk sampai kesana.
Jalan yang aku lalui sekarang bukan lagi terbuat dari  paving,melainkan bebatuan yang licin,beberapa bagian banyak yang rusak dan berkubang,beberapa kali  aku terpeleset dan roda sepeda masuk ke kubangan itu yang mengakibatkan celanaku menjadi kotor oleh cipratan lumpur dari situ.

Sepanjang 1 Km menuju Desa Bogo tak ada satupun lampu yang menerangi jalan,hanya ada sawah yang terbentang di kiri dan kanan jalan,selain itu aku juga akan melewati sebuah pemakaman yang kata orang-orang didesa itu sering terjadi hal-hal aneh,terutama  setelah waktu Isyak sampai menjelang tengah malam,sering muncul penampakan-penampakan.Tetapi hal itu tak pernah membuatku takut,aku sudah terbiasa bepergian malam,dan aku pun percaya tak percaya akan hal itu,kalau aku tidak bermaksud jelek,semua akan biasa saja,itulah prinsipku mengenai hal-hal mistik.

Aku masih mengayuh sepeda melintasi jalan itu.Tiba-tiba ku merasakan ada yang aneh dengan sepeda pancalku ,aku pun berhenti dan turun dari sepeda lalu mengecek apa yang terjadi dengan sahabatku.

“Oh My God Ya Allah,,,,”keluhku kecewa mengetahui ban depan sepedaku kempes.

“Padahal tadi aku yakin kalau tambalanku tadi sore benar-benar kuat dan sudah bolak-balik tak cek,”gumanku.

“Barangkali bukan tambalannya,mungkin aku hanya kurang rapat memasang pentil yang tadi juga aku ganti.Nanti akan ku coba pompa lagi di reparasi ”hiburku dalam hati .Aku tetap meneruskan perjalanan dan mengayuh sepeda yang ban depannya sudah tidak ada anginnya itu.

Aku berjalan menuntun sepedaku kektika melewati jembatan yang menghubungkan Desa Muloagung,Kecamatan Balen dengan Desa Bogo,Kecamatan Kapas,di atas Kali Pacal yang mengalir ke Sungai Bengawan Solo.Aku memang sengaja menuntun sepedaku,apalagi kalau malam hari,aku  selalu melakukannya ketika melewati jembatan yang panjangnya 50 meter dengan lebar 1 meter.Alas dari jembatan itu terbuat dari balok-balok setebal Kamus Besar Bahasa Indonesia itu selalu menimbulkan suara yang bisa membangunkan orang tidur  ketika tatanan balok itu di lindas atau setelah dilewati,Karena balok-balok itu beradu dengan besi dan plat yang digunakan untuk mengeramnya.

“Mas,pinjam pompa sepedanya,”ijinku pada pemilik reparasi ketika aku sampai disana.

‘Ya,pakai saja,Ngobos ta?”Tanya pemilik reparasi itu sambil mencari kunci-kunci didalam reparasi.

Gak tahu ya Mas,mungkin hanya pentilnya,”jawabku.

Setelah ku rasa cukup,ku berhenti memompa ban sepedaku.Tetapi aku mendengar desis yang lumayan keras dari dalam ban yang habis aku pompa tadi.

“Waduh,benar-benar ngobos .Bagaimana ini,balik pulang atau lanjut,”gumanku bimbang.

“Sudah hampir setengah perjalanan  masak mau balik lagi.Aku sudah janji apapun yang akan terjadi,aku harus tetap berangkat,”kataku dalam hati.

‘Terimakasih Mas”Ucapku pada pemilik reparasi.

“Ya sama-sama.Gak bocor ta?”Tanya pemilik reparasi lagi.

“Ga apa-apa Mas.Mari,”pamitku sambil bergegas menaiki dan mengayuh sepeda yang mulai habis udaranya.

Ayo, sebentar lagi jalannyasudah baik,masak kamu akan menyerah,”ucapku untuk membakar semangat sambil terus mengayuh sepeda dengan ban depan yang sudah tidak ada anginnya.

Aku bisa bernafas sedikit lega ketika memasuki Desa Semanding yang jalannya lebih baik daripada jalan yang sebelum telah ku lalui.

Di atas jalan aspal yang kebetulan sepi dari kendaraan-kendaraan yang lewat,ku genjot sepeda pancalku dengan cepat,walaupun terkadang ku merasakan seperti ada yang mengganjal roda sepedaku setiap beberapa detik,aku tak peduli,aku terus melaju bersama sahabatku itu.

Rintik-rintik hujan masih saja turun,dan semakin jelas terlihat ketika aku melewati cahaya lampu yang menerangi jalan.Tiba-tiba didepan masjid di Desa Semanding,seorang laki-laki hendak berbalik arah ke selatan dengan memotong jalan memakai motor bebeknya.

Aku yang melaju cepat dari arah selatan tidak mampu menguasai sepeda yang tidak ada remnya itu.Tak urung lagi akhirnya tebrakan terjadi tepat ditengah jalan yang sepi itu.Roda depanku menabrak roda depan motor itu dari samping,akupun terjatuh dan tersungkur disamping jalan sebelah timur,ku tak mampu berbuat banyak kecuali hanya mengumpat sendiri melihat orang yang nyebrang mendadak tadi menggeber gas 
motornya dengan cepat ke arah selatan.

Sambil tertatih,aku berdiri dan mengambil sepeda yang tergeletak di tengah jalan dan membawanya ke tepi jalan untuk mengeceknya.Beberapar rujinya kendor dan tiga ruji  roda depannya  putus,rantainya juga mulai kendor kerena operannya pecah waktu terjatuh tadi,aku hanya mampu menghela nafas panjang melihat hal itu.

“Aku sudah janji,apapun yang terjadi aku harus tetap berangkat”ucapku  pada diriku sendiri.
Aku  mulai mengeluarkan sebatang rokok yang ada di kantong celanaku,kemudian ku menyulutnya dan mulai menikmati hisapan asap rokonya untuk menenangkan pikiranku yang kacau.Kemudian ku memasang headset pada telingaku dan mulai memutar lagu-lagu Sherina Munaf yang memenuhi folder MP3 di hapeku.Sambil menghisap rokok dan mendengarkan lagu dari penyanyi idolaku itu,ku mulai mengayuh sepedaku lagi.
Awalnya aku mulai kesulitan mengayuh sepeda yang rantainya sudah kendor itu,tetapi akhirnya aku bisa mengayuhnya,ku juga dapat merasakan rintihan dari roda depan yang beberapa jerujinya kendor dan ada yang putus,ditambah lagi ban depannya juga kempes,tetapi aku berusaha untuk tak menghiraukannya.

Dari Desa Semanding,aku menuju arah barat ke Desa Sambiroto,jalan yang aku lewati kali ini terbuat dari paving dengan kiri dan kanan jalan hanya ada sawah yang terbentang luas,rintik hujan yang turun belum juga reda,terkadang cahaya kilat tampak membelah langit yang gelap.Aku terus mengayuh sepedaku  melintasi jalan itu.Tiba-tiba tak terasa air mataku meleleh membasahi kedua pipiku,rokok yang masih setengah dalam apitan jari kananku itu aku buang,aku tetap mengayuh sepeda yang selalu merintih itu,terkadang aku merasakan getaran pada otak kecilku,karena jalan yang aku lalui dengan ban kempes seakan terasa penuh ganjalan-ganjalan.

“Ya Allah,jika ini memang jalan yang Engkau berikan kepadaku agar aku bisa merasakan kesuksesan suatu saat nanti,Insya Allah aku ikhlas menjalaninya,”gumanku sembari tetap mengayuh sepeda,ku biarkan air mata ini meleleh di pipiku sambil menatap lurus kedepan,memandang cahaya kilat yang membelah kegelapan malam.

Don’t give up cause I’m here to stay,,,,”sebuah lagu dari Sherina Munaf yang berjudul Here to Stay mengalun dari Mp3  melalui headset yang ada di kedua telingaku.

“Oke Sherina,I promise that I would never be give up for you,and someday I could meet you with my arts,”celetukku  dengan semangat tetap mengayuh sepeda dan terus mencoba mengabaikan keadaan.

Akhirnya aku tiba di Sanggar Baca pukul19.30 WIB,disana semua teman-temanku sudah berkumpul dan Mas Abdul Qohhar atau yang biasa di panggil Mas Koko juga sedang memberikan materi tentang penulisan opini dan macam-macam bentuk news.Aku masih ada di luar dengan nafas tersengal-sengal dan dahi masih basah  dengan peluh keringat ,ku mencoba mengatur nafas dan membasuh wajahku dengan air dari keran yang ada di depan Sanggar Baca.ku berusaha melupakan sejenak perjuanganku tadi,dengan wajah ceria seakan tidak pernah terjadi apa-apa,aku masuk ke ruang tempat kegiatan sekolah menulis dilaksanakan.

“Dari mana mas,kok baru datang?”tanya Mas Koko dengan ramah sembari menghisap rokoknya.

“Maaf Mas saya telat,tadi berangkat dari rumah kehujanan,”jawabku sambil tersenyum.

“Ya sudah ga apa-apa,nanti kalau ada yang kurang jelas tentang materi penulisan opini,bisa ditanyakan langsung atau  pada teman-teman  yang mengikuti dari awal,”Kata Mas Koko lagi.

“Ya Mas,terimakasih,”jawabku  seraya mengeluarkan alat tulis dari dalam tas punggungku,dan mulai mengikuti mengikuti materi yang disampaikan oleh Mas Koko.

Kegiatan di SMS selesai pukul 21.00 WIB,aku langsung pulang ke rumah,sepanjang perjalanannya pulang ke rumah yang lebih parah dari waktu berangkat,aku berusaha untuk terus berfikiran positif dan optimis merangkai masa depanku.Dari lagu-lagu Mp3 yang ku dengarkankan,gerimis,dingin dan gelapnya malam,serta rintihan dari sepedaku yang pasti akan mengumpat-umpat padaku jika ia bisa bicara,juga tikus,kelelawar dan burung malam yang menemani perjalananku,aku mendapatkan inspirasi untuk membuatnya menjadi tulisan.

Aku sampai dirumah pukul 22.30WIB,setelah pintu dibukakan oleh ibu,ku masukkan sahabatku yang sekarat itu kedalam rumah,kemudian aku masuk ke kamar untuk menyalakan lampu dan radio,ku meletakkan tas punggungku  dan ku hempaskan tubuhku pada kasur lipat yang ada diatas lantai sebagai tempat tidurku.Ku menghela nafas panjang dan mengelap keringat yang masih membasahi dahi dan pelipisku,seraya istirahat sebentar, aku mendengarkan alunan lagu pop nostalgia dari radio yang ada di sampingku.

Setelah keringat dan rasa capekku berangsur-angsur  berkurang,aku bangkit dari tempat tidur untuk keluar rumah dan menimba air dari sumur tua di samping rumah yang akan aku gunakan untuk berwudhu.
Selesai mengerjakan solat isya,aku membaca beberapa ayat-ayat dalam  Al-quran untuk menenangkan fikiran dan jiwaku.Kemudian aku kembali lagi ke kamar.Aku mengeluarkan buku yang tadi aku  gunakan untuk mencatat dalam kegiatan di SMS,ku baca beberapa catatan didalamnya sambil mengingat materi yang telah disampaikan oleh Mas Koko waktu di Sanggar Baca tadi.

Sesuai dengan apa yang sudah disampaikan oleh Mas Koko dalam kegiatan menulis yang baru aku ikuti tadi,Mas Koko berpesan bahwa untuk membangun ritme dalam menulis,harus di biasakan untuk menulis apa saja,entah nulis cerpen,puisi,analisis,peristiwa,opini,pengalaman,masalah,seseorang dan sebagainya,apapun itu bentuknya, yang penting nulis agar ritme bisa terbangun.Aku pun menulis pengalaman yang baru saja aku alami,mulai dari kebimbangan sore hari,sampai  apa yang aku kerjakan  malam ini.Meskipun ku tahu mungkin banyak kesalahan dalam tulisanku,aku akan selalu berusaha,dan ku berharap semoga suatu saat nanti aku benar-benar bisa menjadi seorang penulis yang menghasilkan karya-karya bermanfaat untuk diriku sendiri,juga untuk penikmat hasil karyaku dunia dan akhirat.

Dalam keadaan payah,capek,lelah dan ngantuk,akhirnya aku bisa menyelesaikan tulisan ini malam ini juga.Pukul 02.00 WIB aku baru bisa menutup mataku untuk istirahat,sebelum tidur,aku berdoa.Semoga apa yang sudah aku alami hari ini menjadi awal yang baik untuk masa depanku .
AMIEN J!  (arms)
#Hasil tulisan pemula, tanpa edit.
Cerita ini rangkaian dari pengalaman-pengalaman emosional yang aku jalani dalam prosesku belajar menulis di SMS. Menjadi salah satu alasanku untuk bertahan dan selalu belajar.


(bluePen_6.9pm, 13 April2011)