KEINGINANKU Sangat sederhana, aku ingin
mengajak ibu jalan-jalan ke kota.
Tepat satu tahun yang lalu, tepatnya hari Jumat
(21-12-2012), pada hari yang diprediksi bakal terjadi kiamat ini, aku seperti
mengalami kiamat kecil dalam hidupku.
Pagi itu masih bisa ku rasakan hangatnya mentari
dan sejuknya udara pagi, namun seperti
ada yang kurang pada pagi itu. Biasanya sejak subuh ibu sudah sibuk di dapur,
beres-beres rumah, membersihkan pekarangan, atau menyiram tanaman, namun hingga
matahari mulai meninggi tak juga ku lihat sosok yang biasa menyiapkan segelas
susu hangat tanpa gula untukku setiap
pagi.
Ketika
selesai mandi, seperti ada bisikan yang memaksaku berlari menuju kamar ibu.
Sesampainya di kamar beliau, ku dapati tempat tidur ibu berantakan. Dan yang
membuatku seperti tersambar petir pagi hari, ketika ku dapati ibu tergelatak kaku
dan pandangan mata yang kosong di lantai sudut kamar, dengan posisi kepala 180
derajat dari bantal di atas kasur. Segera aku bopong dan ku bawa ke ruang
tengah untuk menyadarkannya dan memberikan minum. Setelah itu tetangga mulai
berdatangan dan ibu segera dilarikan ke rumah sakit.
Bagiku,
ibuku adalah wanita paling perkasa yang
pernah aku temui. Semua pekerjaan di rumah ia jalankan. Mulai dari bekerja di
sawah, mencangkul ladang, membersihkan rumah dan pekarangan, bahkan pernah
menyulap hutan bambu menjadi sawah yang subur untuk ditanamai. Selain itu, ibu
juga punya agenda bulanan, yakni ia biasa mengayuh sepeda mini warna merah
miliknya ke kota, mengambil pensiunan almarhamum bapak di kantor pos, setelah
itu ia pasti bersepeda keliling kota dan berbelanja di pasar kota, dan itu
selalu dijalaninya dengan gembira.
Sejak aku
duduk di bangku SMK hingga aku menyandang gelar sarjana, aku selalu
menyempatkan waktu untuk menjemput ibu di pasar dan membawakan barang
belanjaannya. Kadang aku merasa sangat berdosa ketika ku ingat-ingat lagi saat
telat menjemput ibu di pasar dan bertemu di jalan. Ketika ku angkat 2 buah
kardus yang dibonceng di belakangnya, beratnya mencapai 25 kg, berisi gula,
minyak dan susu kaleng, beserta barang belanjaan yang lain. Bagaimana bisa aku
membiarkan ibu yang lebih tua dari usia negara ini mengayuh sepeda dengan
barang bawaan seberat itu, sampai-sampai roda sepeda tampak bergoyang ketika
berputar.
Ibuku
yang sekarang, bukanlah ibuku yang dulu. Sejah peristiwa satu tahun yang lalu,
ibu terkena stroke, badan sebelah kanannya lumpuh. Namun setelah menjalani 3
bulan terapi, hingga sekarang alhamdulillah sudah bisa berdiri dan berjalan,
meskipun tampak seperti diseret. Selama satu tahun ini, setiap hari ibu hanya
menghabiskan waktu di dalam rumah untuk makan dan tidur, kalaupun jalan-jalan
paling jauh hanya di teras depan rumah.
Aku
ingin mengajak ibu jalan-jalan ke kota, melihat ramainya taman kota dan menyapa
orang-orang di pasar yang pasti sudah sangat merindukannya. Meskipun sangat sederhana,
setidaknya aku ingin selalu melihat bulan sabit di bibirnya.(arms)
bluePen, 6512_22213102
No comments:
Post a Comment